Wednesday, March 16, 2011

Tujuh Langkah Menuju Kebebasan Finansial


Bila Anda berpikir bahwa Anda adalah satu-satunya orang yang belum membuat perencanaan tertulis untuk keuangan Anda, maka pikirlah lagi. Bila Anda membuat sebuah angket yang menanyakan seputar pembuatan perencanaan keuangan keluarga, maka kami sangat yakin bahwa sebagian besar dari mereka akan menjawab, mereka belum memilikinya.

Mungkin saja hal ini karena perencanaan bisa sangat membosankan dan seringkali membingungkan. Tapi ingat, dengan perencanaan keuangan yang bijak dan jitu Anda dapat meningkatkan potensi pencapaian tujuan yang Anda impikan.

Tahun 2003 telah berlalu. Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat. Berapa banyak impian tahun 2003 yang Anda capai? Tentunya sebagian dari Anda telah mencapai beberapa atau malah telah mencapai semua yang diimpikan. Tapi tidak sedikit yang tidak mencapainya. Mungkin karena tidak adanya proses perencanaan untuk mencapai apa yang diimpikan. Oleh karena itu, di awal tahun baru ini, kami mencoba untuk memberikan 8 langkah yang dapat Anda lakukan untuk dapat mencapai apa yang selalu diidamkan semua orang, yaitu kebebasan finansial.

Langkah 1: Motivasi diri Anda dan tetapkan kekayaan saat ini.

Persoalan keuangan sering kali membuat luka dan derita. Baik derita itu yang sangat dalam seperti kehilangan pekerjaan atau teguran dari bank Anda tentang cicilan utang yang sudah jatuh tempo. Semua hal yang dirasa tidak nyaman seputar keuangan bisa menjadi bahan motivasi untuk mengontrol keuangan keluarga. Tentunya Anda sering mendengar bahwa perkataan bila Anda berada dalam kesulitan selalu saja ada jalan keluar. Gunakan kesulitan atau ketidak nyamanan tadi sebagai motivasi untuk mencapai apa yang Anda impikan.

Menetapkan berapa kekayaan bersih yang Anda miliki adalah langkah awal bijak yang harus Anda lakukan. Alat bantunya adalah pembuatan catatan kakayaan. Catatan kekayaan merupakan ringkasan dari nilai aset, utang atau liabilities dan kekayaan bersih keuangan keluarga pada waktu tertentu. Catatan kekayaan ini merupakan potret sesaat keadaan keuangan keluarga, misalkan per 31 Desember 2003. Catatan ini memberikan perkembangan kondisi keuangan sebuah keluarga. Dari gambaran ini dapat dilakukan perencanaan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai aset dan mengurangi utang yang masih dimiliki keluarga. Tanpa adanya cacatan kekayaan dengan informasi lengkap, maka sulit bagi Anda untuk mencapai tujuan yang diidamkan.

Bila Anda sudah membuat cacatan tersebut dan memperoleh nilai kekayaan bersih yang Anda miliki, ada baiknya bila Anda membandingkan dengan ukuran general kekayaan dari sebuah buku dengan judul “The Millionaire Next Door” yang ditulis oleh Thomas J. Stanley dan William D. Danko.

Formulanya adalah sebagai berikut “A persons’s expected wealth ougth to be 10% of your age multiplied by the annual household income”. Bila formula ini diaplikasikan untuk Anto dengan usai saat ini 35 tahun dan pendapatan selama setahun sebesar Rp 60 juta, maka nilai kekayaan bersih yang sebaiknya dimiliki adalah sebesar 3,5 x Rp.60 juta = Rp.210 juta.

Langkah 2: Tetapkan tujuan dan sesuaikan dengan kondisi keuangan

Setelah memahami posisi kekayaan saat ini, Anda lebih siap untuk menentukan tujuan keuangan yang spesifik dan realistis dalam kaitan dengan perencanaan keuangan keluarga secara terpadu.
Menurut hemat kami, tujuan keuangan keluarga harus memenuhi 5 kriteria, yang disingkat menjadi SMART: Specific, Measurable, Attainable, Reality-based, dan Time-bound. Tujuan keuangan keluarga harus dinyatakan secara spesifik dalam nilai yang terukur serta jangka waktu pencapaiannya.

Sebagai contoh, Anda ingin untuk hidup berkecukupan di masa tua. Ini memang tujuan, namun belum spesifik. Diperlukan nilai terukur, misalnya memerlukan dana Rp 1 miliar untuk dapat hidup berkecukupan di masa tua nanti. Agar lebih lengkap, tujuan perlu dinyatakan misalnya sebagai berikut: Pensiun pada usia 55 tahun dengan dana yang dimiliki Rp 1 miliar.

Salah satu kata kunci lain dalam menentukan tujuan keuangan keluarga adalah realistis, agar secara rasional bisa dicapai melalui pelaksanaan dan usaha yang berkesinambungan. Untuk itu, perlu dipertimbangkan situasi kondisi saat ini dalam menentukan tujuan. Jangan sampai tujuan ini menjadi seperti punguk merindukan bulan.

Ciri realistis sangatlah penting karena tujuan keuangan merupakan pilar penting perencanaan keuangan keluarga. Tujuan yang terlalu muluk malah akan menjadi bumerang karena bebannya akan terasa sangat berat, sehingga kita menjadi enggan untuk melakukan perencanaan dan usaha pencapaiannya.

Langkah 3: Kenali ke mana uang Anda dibelanjakan dan batasilah

Seperti Anda ketahui bahwa uang tunai sangat likuid, yang diartikan Anda dapat membelanjakannya. Untuk sebagian dari kita, karena uang tersebut sangat likuid, sering kali berlalu seperti air dalam genggaman tangan. Sebuah perencanaan anggaran belanja yang baik dapat memperlambat aliran tersebut dan membantu bila terjadi “banjir” keuangan.

Secara sederhana, penyusunan anggaran belanja bagi suatu keluarga adalah pemetaan tentang arah perjalanan finansial keluarga itu.. Walaupun jangka waktu anggaran terbatas, tetapi setiap keputusan finansial yang diambil, baik dari sisi pemasukan maupun pengeluaran, secara langsung atau tidak langsung, akan sangat mempengaruhi arah perjalanan finansial selanjutnya. Langkah-langkah finansial kecil yang kita putuskan melalui anggaran akan menentukan langkah-langkah besar di kemudian hari.

Langkah 4: Perhatikan dua masalah keuangan ini—overspending dan debt

Belanja berlebihan dan utang di luar kemampuan, pasti akan merusak sebuah kondisi keuangan yang tadinya solid seperti baja menjadi “amburadul”.

Kebiasaan untuk berbelanja berlebihan bisa karena belanja itu menyenangkan. Itulah yang mungkin terjadi. Masyarakat kita menganggap ke mall sebagai salah satu hiburan keluarga. Yang tadinya hanya ingin jalan-jalan, pulang malah membawa bungkusan besar dari hasil belanja di mall. Keputusan untuk membeli haruslah didasari oleh sebuah kebutuhan, jangan Anda membelinya hanya karena dorongan atau ketertarikan karena promosi serta iklan besar-besaran ataupun diskon. Tapi ambilah keputusan membeli sesuatu karena memang Anda membutuhkannya.

Meningkatkan tabungan adalah dengan membayar diri Anda terlebih dahulu atau “pay yourself first”. Kiasan ini sering kali dipakai dalam berbagai buku keuangan keluarga. Bagaimana Anda membayar atau menggunakan uang penghasilan Anda yang harus kita telaah lebih jauh lagi. Contoh saja, Anda memasukkan uang hasil penghasilan bulanan Anda ke dalam tabungan. Dan menggunakan tabungan tersebut untuk membayar KPR tiap bulan, biaya telepon, listrik, makanan dan kebutuhan sehari-hari lain. Dan membayar tagihan kartu kredit dari sisa uang yang masih ada di tabungan. Sehingga Anda membayar minimun setiap tagihan bulanan kartu kredit. Begitu Anda selesai, tidak ada lagi yang tersisa dalam tabungan Anda atau nil (zero).

Dari contoh di atas, Anda memiliki kebiasan keuangan di mana mendahulukan membayar untuk orang lain dari pada diri sendiri. Untuk dapat merubah serta memperbaiki pola pemakaian uang yang Anda hasilkan tiap bulan maka Anda harus membayar untuk diri Anda sendiri di depan. Setiap baru mendapatkan gaji atau penghasilan bulanan sebelum dipakai untuk kebutuhan atau keperluan lain. Sisihkan Rp 200 atau 500 ribu, besaran tergantung Anda setiap bulan sebelum gaji hasil kerja keras Anda setiap bulan habis. Bila Anda mengkhawatirkan akan kehabisan uang, jangan takut—sebab Anda tetap akan kehabisan uang penghasilan Anda. Akan tetapi dengan cara ini paling tidak Anda sudah menyisihkan untuk Anda sendiri sebelum uang itu habis terpakai.
Bila Anda memiliki utang yang cukup besar saat ini, ada baiknya bila Anda mengatasi persoalan ini dengan bijak. Lakukan pembayaran dengan regular, dan bayarlah utang dalam jumlah yang lebih besar untuk utang dengan bunga yang lebih tinggi.

Satu hal penting dalam hal utang, berkaitan dengan utang kartu kredit. Pemakaian kartu kredit sangatlah memudahkan. Tapi ingat jangan anggap kartu kredit sebagai uang saku atau tambahan tapi kartu kredit adalah utang yang harus Anda bayar begitu tagihan datang. Jangan Anda membayar tagihan yang datang setiap bulan hanya cicilan minimalnya saja, karena bunga kartu kredit saat ini masih relatif tinggi, rata-rata berkisar di 3 persen/bulan. Dengan bunga majemuk maka bunga kartu kredit pertahun bisa lebih dari 40 persen. Bukan main tingginya, bukan?

Oleh karena itu berhati-hatilah dengan persoalan utang ini.

Bila Anda belum terlilit utang yang menggunung, ada baiknya bila Anda menelaah lebih dalam sebelum berhutang.

Menurut hemat kami, paling tidak ada tiga (3) petunjuk dasar yang Anda butuhkan dalam mempertimbangkan pinjaman yang akan Anda ambil. (1) Jangan pernah meminjam lebih besar dari kemampuan keuangan Anda. (2) Jangan pernah meminjam untuk kebutuhan barang-barang mewah, seperti mobil mewah, perhiasan, bila dengan hal itu Anda tidak dapat meminjam untuk kebutuhan keluarga seperti, pinjaman kredit rumah atau pinjaman pribadi untuk biaya sekolah anak Anda. (3) Pastikan bahwa Anda masih menyisakan kapasitas dalam meminjam untuk kebutuhan-kebutuhan yang tidak terduga.

Langkah 5: Kekuatan perencanaan didukung dengan investasi yang bijak

Investasi dalam arti yang paling dasar adalah, menempatkan dana Anda untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Investasi merupakan sarana terpenting dalam meningkatkan kemampuan Anda untuk mengumpulkan dan menjaga kekayaan. Sebagai awal, sangat penting bagi Anda untuk memahami bahwa “no single investemnt is right for everyone”. Berbagai batasan seperti kebutuhan akan uang tunai, tujuan dan prilaku serta preferensi Anda terhadap risiko, membuat setiap individu memilih investsi yang berbeda-beda. Menentukan investasi yang tepat membutuhkan sebuah perencanaan yang sesuai.

Dengan menetapkan tujuan spesifik yang telah Anda lakukan di langkah ke-2, maka berdasarkan hal itu Anda dapat merencanakan proses pencapaiannya dengan mengalokasikan (menginvestasikan) dana secara regular. Pola investasi ini biasa disebut “Dollar Cost Averaging”.

Langkah 6: Jaga keluarga Anda dari risiko dengan asuransi

Seperti halnya investasi, maka proteksi juga sangat dibutuhkan dalam proses pelaksanaan perencanaan. Karena kita tidak pernah akan tau apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin timbul pertanyaan, apakah semua orang membutuhkan asuransi? Tidak ada jawaban yang pasti dalam hal ini. Kebutuhan asuransi sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Anda.

Sebagai aturan umum, apakah Anda membutuhkan asuransi atau tidak, bisa difokuskan pada pertanyaan, apakah Anda sudah menikah atau belum? Secara umum, individu yang belum menikah kebutuhan akan asuransi jiwa menjadi menurun. Tapi hal ini bukan berarti bila Anda tidak memiliki anak maka Anda tidak membutuhkan asuransi. Mungkin saja Anda membutuhkannya. Akan tetapi kecenderungannya, individu yang belum menikah belum menjadikan asuransi menjadi prioritasnya.

Sebaliknya, bila Anda sudah menikah dan memiliki anak, maka asuransi harus menjadi prirotas. Kebutuhan akan asuransi menjadi sangat besar karena sekarang Anda sudah memiliki tanggungan.

Kemudian berapa besar uang pertanggungan yang harus dimiliki? Aturan umum yang dipakai dalam menentukan besar nilai pertanggungan adalah dengan perhitungan 5 (lima) kali dari pendapatan kotor tahunan ditambah kebutuhan utang (baik pendek maupun panjang) dan kebutuhan pendanaan lain. Selama keadaan keuangan keluarga Anda normal-normal saja, maka pendekatan aturan umum dapat menjadi pilihan.

Langkah 7: Ini adalah awal bukannya akhir

Perencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan sekali dan terlupakan. Bila Anda memikirkan hal ini, maka lupakanlah. Perencanaan keuangan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Ke-enam langkah di atas merupakan awal dari sebuah proses panjang perencanaan, yang membutuhkan monitoring dan revisi bila dibutuhkan. Kehidupan keluarga akan selalu berubah dan perencanaan keuangan keluarga harus mengikuti perubahan yang terjadi dalam keuangan keluarga. Selamat merencanakan kehidupan keuangan keluarga yang lebih baik di masa depan.n

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis.